Wednesday, June 19, 2019

Pertunjukan Sastra Lisan Wayak Masyarakat Lampung Barat


PERTUNJUKAN SASTRA LISAN WAYAK MASYARAKAT LAMPUNG BARAT

Pertunjukan sastra lisan wayak pada masyarakat Lampung Barat bervariasi penggunaannya sesuai dengan acara yang dilaksanakan oleh marga dan faksi kepaksian masyarakat tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melestarikan pertunjukan sastra lisan wayak sebagai kekayaan budaya yang hampir punah karena mengalami perubahan dinamika kehidupan masyarakat pemiliknya. Ruang lingkup penelitian ini adalah masyarakat  Lampung Barat yang melakukan aktivitas budaya pertunjukan wayak. Metode yang digunakan yaitu metode etnografi dengan pendekatan kualitatif. Unsur-unsur dalam pertunjukan wayak dilihat dari tukang wayak, tempat pertunjukan, penonton, dan pesan yang hendak disampaikan. Tukang wayak adalah orang yang mempunyai keterampilan dan pengalaman dalam berwayak. Mereka mempunyai kemampuan yang berbeda dalam berwayak. Ada yang mampu secara spontan, ada yang mengandalkan hafalan disertai dengan improvisasi, dan ada juga yang hanya mengandalkan hafalan saja. Status sosial tukang wayak pun bervariasi. Jika dilihat dari latar belakang pendidikan rata-rata sekolah dasar, mata pencaharian rata-rata petani, dan tempat tinggalnya di desa. Tempat pertunjukan wayak untuk acara adat ditampilkan di kelasa atau di atas panggung, sedangkan untuk acara bukan adat dilakukan oleh masyarakat yang sedang bekerja misalnya di kebun, sawah atau ladang. Reksi penonton dalam pertunjukan wayak melalui senyuman, tepuk tangan, tertawa, terdiam, dan memberikan sahutan-sahutan tertentu. Pesan dalam wayak beragam yaitu pesan keagamaan, moral, pendidikan, dan sosial semuanya tergantung dari jenis wayak yang ditampilkan dalam pertunjukan.

Kata Kunci: Pertunjukan, Wayak, Masyarakat Lampung Barat




          Sastra lisan adalah salah satu gejala kebudayaam yang ragamnya bervariasi sesuai dengan kebudayaan masyarakat pemiliknya. Usaha untuk melestarikan sastra lisan perlu dilaksanakan karena perubahan dan hilangnya ragam sastra lisan tidak akan berhenti karena perkembangan zaman. Sastra lisan dapat diungkapkan dari segi bentuk dan isinya untuk memperkaya khasanah kebudayaan Bangsa Indonesia. Pengungkapan sastra-sastra lisan di Indonesia mempunyai keuntungan yaitu selain dapat memperlihatkan keanekaragaman kekayaan budaya juga dapat membuat saling memahami antarsuku bangsa.

    Gejala perubahan dan penghilangan terjadi juga dalam pertumbuhan pertunjukan sastra lisan Lampung Barat. Hal ini disebabkan pergeseran fungsinya yang dipengaruhi oleh pola hidup dan cara berpikir masyarakat yang selalu mengikuti perkembangan zaman. Misalnya karena kemajuan pendidikan, maka masyarakat tidak lagi terikat pada berbagai dogma yang tidak sesuai. Akibatnya ragam sastra yang berhubungan dengan dogma tersebut ditinggalkan.

Wayak adalah sejenis pantun yang lazim digunakan sebagai acara pengantar acara adat dan pengisi waktu bersantai. Pertunjukan wayak di 17 marga dan 4 paksi kepaksian tidak sama kegunaannya. Untuk wilayah Lampung Barat Atas yang terdiri dari empat paksi dan satu marga yaitu paksi Kepaksian Way Belunguh, paksi Kepaksian Way Pernong, paksi Kepaksian Way Jalan Di Way, paksi Kepaksian Way Nyerupa, dan Marga Liwa, wayak digunakan untuk nyambai (pesta adat bujang gadis) dan acara penyambutan tamu dalam kegiatan adat istiadat. Untuk Marga Pugung Malaya, Pugung Penengahan, dan Pugung Tampak, wayak digunakan pada acara kekicekhan (lomba tari antardesa yang dilakukan secara bergiliran pada masing-masing desa). Kekicekhan ini dilaksanakan setahun sekali pada waktu setelah hari Raya Idul Fitri. Untuk Marga Pulau Pisang, Marga Way Sindi, Marga Laay, Marga Bandar, Marga Ulu Krui, Marga Pedada, Marga Pasar Krui, Marga Way Napal, Marga Tenumbang, Marga Ngambur, Marga Ngaras, Marga Bengkunat, dan Marga Belimbing wayak digunakan pada saat pesta pernikahan yang dinyanyikan dengan diringi alat musik organ tunggal.

       Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melestarikan pertunjukan sastra lisan wayak sebagai kekayaan budaya yang hampir punah karena mengalami perubahan dinamika kehidupan masyarakat pemiliknya. Ruang lingkup penelitian ini adalah masyarakat  Lampung Barat yang melakukan aktivitas budaya pertunjukan sastra lisan wayak. Metode yang digunakan yaitu metode etnografi dengan pendekatan kualitatif. Dalam pengumpulan data penelitian, peneliti menggalinya melalui pengamatan, merekam data, membuat catatan lapangan, dan melakukan wawancara.  



Add Comments


EmoticonEmoticon